Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Cerita Seks Telanjang Bersama Tante-tente.
Kisah seks yang menyenangkan ini terjadi daerah Malang Jawatimur, yaitu
disebuah villa dengan gaya eropa yang sangat megah, didalam villa
tersebut terdapat taman yang indah dan sebuah kolam renang yang jernih,
kira kira dari infony terdapat hamper kurang lebih 50 pembantu wanita di
dalamnya.
|
Cerita Seks Telanjang Bersama Tante-tente |
Rumah yang memliki 80 kamar, yang mana salah satu kamar tersebut
didalamnya komplit mulai dari TV LED yang ukurannya besar sampai AC yang
membikin sejuk seperti di kutub utara, dan yang membikin ternganga
adalah ada disudut ruangan terdapat 3 kamar yang mana ukurannya sangant
besar 3 x lipatnya dari kamar biasanya.
Di situ tergolek sepasang manusia di mabuk asmara, mereka berdua
tergolek telanjang dengan posisi saling berangkulan. Oh, begitu
indahnya. Si cowok bernama Gilang dan si cewek bernama Rianti. Gilang
adalah lelaki sejati dengan tubuh tinggi kekar 180 cm dengan berat 78 kg
menjadikan dia "the real man".
Ditambah dengan ukuran batang kemaluannya yang lumayan panjang sekitar
17 cm dengan diameter 12 cm. Dan ceweknya Rianti dengan tubuh seksi dan
kulitnya seputih salju, tinggi 175 cm dengan berat 60 kg. Terus ditambah
wajahnya secantik Marimar, rambutnya yang panjang dan indah tergerai,
hidungnya semancung cewek bule, bibirnya sensual, lehernya yang jenjang,
susunya yang montok dan mancung itu kira-kira 36C, perutnya yang datar
dan kencang, pinggangnya yang langsing, pantatnya yang semok, terusss...
ohh... kemaluannya terlihatlah daging vagina yang memerah segar dengan
bibirnya yang sempit dikelilingi oleh bulu kemaluan yang halus rapi
membentuk segitiga. Daging kemaluannya empuk dan terpelihara baik,
bersih dan tidak ada bau apa-apa. Pahanya yang putih mulus dengan
ditumbuhi bulu-bulu halus dan seterusnya pokoknya "uendaaang" dech.
Lalu 5 menit kemudian terdengarlah bunyi weker dengan nyaringnya. Gilang
mendadak terbangun dari tidurnya, dia melihat Rianti tertidur pulas di
sebelahnya. Dia mengamati wajah pacarnya itu dengan seksama, lalu dia
mencium kening pacarnya terus bibirnya yang sensual itu. Rianti
terbangun juga dari tidurnya terus kaget melihat Gilang memandangnya
penuh arti. Lalu...
"Gilang sayang, kenapa memandangku seperti itu?" tanyanya penasaran sambil tangannya memilin puting susu Gilang.
"Tidak kok Sayang, aku cuma kagum dengan kecantikanmu yang tiada duanya ini..." jawab Gilang sambil mencium mesra bibir Rianti.
"Oh.. Gilang Sayang, aku tercipta memang untuk kamu seorang, aku milikmu
seutuhnya Gilang," jawabnya sambil memeluk tubuh Gilang.
"Oh.. Rianti sayang kau memang bidadariku, ohh... I love you so much honey, ohhh... my baby.. my darling.. ohhh?"
Mereka berdua saling dekap, peluk, peluk dan peluk lagi, oh sungguh
indahnya. Tapi beberapa menit kemudian telepon berbunyi, mereka berdua
sempat tersentak karena sedang asyik bertempur, eh.. telpon berbunyi.
Telepon diangkat Rianti, lalu...
"Hallo.."
"Hallo bisa bicara dengan Gilang!"
"Ini dari siapa ya..?"
"Saya tantenya Gilang, Tante Riska di Surabaya."
"Tunggu sebentar..!"
Lalu...
"Sayang, ada telepon dari tantemu.. di Surabaya."
"Tante siapa sayang..?"
"Katanya sih Tante Riska."
"Oh.. baiklah biar kuterima, sayang..."
Lalu...
"Hallo, Gilang disini..."
"Hallo Gilang keponakanku sayang, bagaimana kabarmu sekarang dan tadi
itu tadi siapa? Nah ketahuan ya, pasti cewekmu ya. Tante bisa menebak
pasti kalian berdua sekarang dalam keadaan bugil.. hayo... ngaku.. iya
apa iya...?"
"Aduh Tante gimana sih, masa pagi-pagi sudah ngomong jorok. Gilang
baik-baik aja kok.. dan terus terang cewek tadi itu memang cewek
Gilang."
"Gimana Lang, mem*knya tentu lebih enak dari punya Tante iya khan..?
Tante senang keponakan Tante tersayang sekarang telah berbahagia..
ohhh.. endannngg..."
"Tante please, jangan ungkit masa lalu.. OK. Oh ya, Tante ada perlu apa dengan Gilang?"
"Oh.. ya lupa aku sorry Lang.. Tante kelepasan. Gini Lang, Tante mau
minta tolong sama kamu. Tante mau pinjam tempat tinggal, sehari aja.
Boleh khan?"
"Untuk apa Tante, Gilang jadi bingung..?"
"Gini Lang, Tante dengan teman-teman Tante ingin mengadakan pesta sesama anggota 'LESBIAN', boleh khan..?"
"Apa...? E.. tidak... Tante, Gilang tidak mengijinkan Tante mengadakan
pesta itu. Tante tahu khan sekarang Gilang sudah tidak sendirian lagi,
gimana dong dengan Rianti, dia akan merasa kecewa dan bisa-bisa kami
berdua akan berpisah selamanya. Padahal Gilang sangat mencintai Rianti."
"Gilang ingat kejadian sewaktu kita berdua masih tinggal seatap dulu,
kalau kamu tidak mau maka Tante akan menyerahkan kaset video tentang
kita sama Oom kamu dan tentunya nanti akan sampai ke tangan ibu dan ayah
kamu. Bagaiman Gilang kamu milih kehormatan atau mengijinkan usul Tante
tadi..?"
"Jaaa.dddiii ohhh my God, Tante tidak adil sama Gilang. Tante curang
saya melakukannya khan Tante yang mulai. Tapi.. ok... ok.. ok.. dech,
Tante menang kali ini. Gilang akan pikirkan dulu, nanti Gilang akan
telpon lagi."
"Ingat Gilang besok kamu harus telepon Tante, soalnya acaranya akan
dilaksanakan hari Minggu besok lusa dan tentunya kamu harus ikut dalam
pesta itu."
"Ya.. ya Tante, nanti Gilang akan telpon, OK Tante Byee.."
Lalu tubuh Gilang jadi lunglai, dia melihat Rianti dengan tubuh bugilnya
tertidur lagi. Gilang lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Pikirannya
melayang tentang kejadian saat dia dan tantenya melakukan hubungan yang
tidak seharusnya. Gilang menyesal akan kejadian itu dan tanpa dia sadari
Rianti bangun dari tidurnya terus mendekap tubuh Gilang dari belakang
dengan penuh kelembutan, terus berkata, "Gilang sayang ada apa kok
kelihatannya sedih?" Rianti memeluk dengan mesra sambil mencium pundak
Gilang dengan mesra.
"Rianti sayang, boleh aku berterus terang sama kamu. Tapi aku mohon kamu
jangan marah. Ingat cinta kita berdua, OK sayang..." katanya sambil
mencium tangan Rianti.
"Ya.. tentu dong sayang, aku akan terima apapun yang akan kau katakan," jawab Rianti seraya menghibur Gilang.
"Eeehhmm.. tadi itu Tante Riska istrinya Oomku, kakak ibuku. Aku dulu
sewaktu masih kuliah tinggal dengan Oom dan Tanteku itu. Kamu tahu kan
aku dulu itu bagaimana kalau melihat body cewek seksi sedikit saja aku
pasti tertarik, walaupun dia sudah kepala 4 sekalian."
"Teruss..."
"Stop sayang, aku kayaknya sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Kalau saya tidak salah tebak kamu pasti ada 'main' sama Tante kamu ya
khan?"
"Oh.. my.. God.. Rianti bagaimana kau bisa menebak jalan pikiranku. Aku
menyesal sekali karena perbuatanku itu. Rianti sayang apakah kamu masih
mau jadi kekasihku?"
"Gilang sayang aku sudah menyerahkan 'mahkota'-ku padamu, tentu karena
aku sangat mencintai kamu dan Rianti ingin selamanya ada di samping kamu
sayang..." jawab Rianti sambil berdiri di depan Gilang.
Gilang merasa menyesal, lalu dia memeluk tubuh Rianti pas di
pinggangnya. Dia menyesal akan perbuatannya. Rianti mengelus-elus rambut
Gilang.
"Sudah dong sayang! Rianti tidak akan meninggalkan kamu."
"Ohh.. Rianti sayang sungguh mulia hatimu sayang."
Gilang menitikkan air matanya untuk kedua kalinya.
Lalu...
"Tapi, Rianti sayang masih ada lagi persoalan yang lebih rumit dari ini."
"Gilang sayang, kan Rianti udah bilang apapun persoalan tidak sulit bagi
Rianti. Ayo katakan saja sayang mungkin Rianti bisa membantu!" jawabnya
tegas.
"Eee.. begini sayang, tadi Tante Riska minta ijin untuk mengadakan pesta di tempat kita..."
"Gilang sayang, khan cuma pesta biasa, biarin aja khan tidak apa-apa, masa sama tantenya sendiri kok gitu..?"
"Rianti sayang, itu bukan pesta biasa tapi pesta seks sesama anggota
'LESBIAN' yang mewajibkan semua orang yang ikut harus telanjang dan lagi
nanti aku akan jadi barang mainan bagi mereka, jadi saya harus melayani
semua teman-teman Tante sekitar 7 orang termasuk dia sendiri. Terus
tadi sebetulnya sudah saya tolak permintaannya tapi dia mengancam akan
memberikan kaset video tentang hubungan kami dulu ke Oom-ku, aduhhh..
mati aku..!"
"Gilang sayang, benarkah kaset itu ada?"
"Benar sekali sayang, Tante orangnya memang agak licik, aduh gimana dong sayang... besok saya harus mengambil keputusan."
"Gilang sayang, mungkin inilah ujian bagi Rianti. Kita berdua tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Tante kamu memang lihai, benar juga khan nasehat
ibu kamu, semakin cantik seorang wanita maka wanita itu semakin licik
dan kejam."
"Terus... kita harus bagaimana ini sayang..?" Gilang memeluk tubuh Rianti.
"Kalau begitu, Rianti terpaksa memberi ijin sama kamu. Rianti tidak mau
kamu putus hubungan dengan orang tua kamu dan juga Rianti tidak ingin
kehilangan kamu sayang."
"Ohhh.. sayang betapa mulianya cintamu, aku sangat bahagia punya pacar seperti kamu."
"Tapi dengan syarat, Rianti harus ikut juga, karena Rianti nanti akan
merekam semua yang terjadi, jadi nanti bila terjadi apa-apa kita siap
dengan pembelaan kita."
"Eee... sayang kamu licik juga rupanya, tapi boleh juga usulmu. Jadi
kamu rela punyaku diobok-obok mereka.." kata Gilang sambil mengecup
bibir Rianti.
"Gilang sayang, Rianti rela asalkan Gilang bahagia," ucap Rianti manja terus memeluk Gilang dengan mesranya.
"Terus bagaimana dengan pembantu-pembantu kita sayang?"
"Besok kita suruh saja mereka untuk pergi membersihkan rumah kita yang
ada di Malang biar mereka sibuk di sana dan tidak mengganggu kita,
OK..!"
"Wah.. Rianti sayang aku sungguh bahagia sekali punya pacar seperti
kamu, kamu cerdas dan uhuuiii..." kata Gilang sambil mengecup puting
susu Rianti yang memang mancung itu.
"Ahhh... kamu nakal ya, awas aku gigit kont*lmu nanti.." ancam Rianti.
"Gigit aja.. siapa takut..." tantang Gilang sambil terus menjilati puting yang mancung itu.
Lalu, secepat "pelor M-16" Rianti pegang batang kemaluan Gilang yang
sudah tegang itu lalu digigitnya kepala kemaluan yang besar itu.
"Auwww... sakit sayang..."
"Katanya tadi mau digigit, apa mau lagi ayo..."
"Kamu tega ya.. aku nangis nih... oooeekkk... ooeeekkk..."
"Aduh sayang.. cup.. cuup.. cupp.. jangan nangis ini minum 'cucu'
dulu..." kata Rianti sambil merapatkan kepala Gilang ke susunya yang
montok itu.
Lalu, dengan lidahnya Gilang yang sudah menjulur keluar bagai ular menjilati ujung puting sensitif itu.
"Uuuhhh... ooohhh..." Rianti mulai mendesah-desah sambil menggerinjal-gerinjal.
Sementara mulut Gilang melumat puting susunya yang sebelah kiri,
tangannya memilin-milin puting susunya yang satu lagi. Tubuh Rianti itu
semakin menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tak terhingga. Tak ayal
lagi, puting susu Rianti langsung tertelan mulut Gilang dan juga
langsung digelitiki dengan buasnya oleh lidahnya, membuat mata Rianti
mendelik-delik kenikmatan.
Dengan kecupan dan sedotan yang bertubi-tubi, seluruh bagian ujung susu
itu menjadi basah kuyup akibat lumatan mulut dan jilatan lidah Gilang.
Mulai dari puting susu yang kiri sampai puting susu yang sebelahnya
lagi.
"Soonn... auuhhh..." Rianti mendesah dan menjerit keenakan tak terkendali.
Sementara tubuhnya yang tengah dilanda hawa nafsu menggeliat-geliat tak
tentu arah. Gilang pun tidak mau kalah. Dia jilati lembah di antara
kedua bukit membusung di dada Rianti. Sementara itu, jari-jemari kedua
tangannya memainkan kedua puting susu di puncak bukit-bukit tersebut.Ah!
Betapa mengasyikkan sekali peristiwa seperti itu. Susu Rianti begitu
tinggi, mencuat, lagi pula cepat sekali mengeras.
Puting susu Rianti yang tinggi dan runcing kembali menjadi santapan yang
lezat mulut Gilang. Bunyi kecepak-kecepak dan seruput-seruput terdengar
dari mulut Gilang yang terus-menerus asyik melumat dan menghisap-hisap
puting susu Rianti kekasihnya itu.
Tubuh Rianti pun dibuatnya melengkung ke atas, membuat payudaranya
semakin mencuat ke atas, yang tentunya semakin membuat gairah birahinya
membulak-bulak. Sedotan-sedotan Gilang pada puting susu payudara Rianti
pun semakin menjadi-jadi. Seakan-akan Gilang tidak mau melepaskan benda
antik yang begitu menggairahkan ini.
Tak beberapa lama kemudian, Gilang beralih ke bagian bawah tubuh Rianti.
Langsung saja Gilang merasakan bau kewanitaan yang harum dan segar.
Rianti selalu merawat kemaluannya dengan telaten. Gilang mendekatkan
mulutnya pada bibir kemaluan Rianti. Ah! Bau khas kemaluan wanita dengan
aromanya yang tersendiri semakin menambah nafsu seksual Gilang yang
memang sudah nge-"JOZZ" dari tadi. Dengan lembut dan penuh kasih sayang
Gilang menciumi permukaan selangkangan Rianti itu yang ditumbuhi
bulu-bulu halus kehitaman yang mengelilingi bibir liang kenikmatannya.
Kemudian dengan menjulurkan lidah dan dicucukkan sedikit ke lubang
kemaluan Rianti, sudah cukup membuat Rianti mengeluarkan sebuah jeritan
kecil. Gilang tersenyum mendengarkannya. Terus dicucukkan lidahnya
sekali lagi. Rianti pun menjerit sekali. Jeritan kecil Rianti berubah
menjadi jeritan panjang saat ujung lidah Gilang menyentuh daging kecil
kemerahan, klitorisnya.
Dan semakin bertambah panjang lagi, sewaktu lidahnya menjilati daging
kecil yang sudah mulai membengkak tersebut. Sekalipun jeritan Rianti ini
cukup membuat sakit telinga Gilang, namun dia tidak menghiraukannya.
Berkali-kali Gilang jilati dan gelitiki klitoris Rianti dengan garangnya
tanpa ampun.
"Ooouuu... Sooonnn...!" Rianti menjerit-jerit dan menjerit lagi.
"Crut... Sruput... Clrrppuut..."
Mulut Gilang mulai melumat klitoris kemerahan yang semakin bertambah
bengkak. Sekali-kali diseruputnya daging kecil nan sensitif itu seperti
sedang menyeruput es lilin. Gerinjalan-gerinjal tubuh Rianti makin
menjadi-jadi. "Aaauuuwww...!" Rianti menjerit sambil menjambak rambut
Gilang cukup keras. Gilang meringis kesakitan.
Tetapi ini tidak menghalangi usahanya untuk memasukkan lidahnya
sedalam-dalamnya ke dalam kemaluan Rianti. Gilang merasakan rasa asin
dan agak aneh memang ketika menjilati seluruh permukaan dinding lubang
kenikmatan milik kekasihnya itu. Pemilik lubang itu terus meraung-raung
dengan bebasnya.
Gilang pun semakin tambah bernafsu. Petualangan lidahnya di dalam
kemaluan Rianti bertambah membabi buta. Boleh dibilang, tak ada secuil
bagianpun dari dinding kemaluan Rianti yang luput dari jilatan lidahnya
yang memang panjang dan runcing. Bahkan, dinding liang kemaluannya yang
licin dan sudah dibanjiri oleh cairan bening kenikmatan berulang-ulang
menjadi korban rambahan lidahnya yang tak kenal ampun itu.
Tubuh Rianti terus terlonjak-lonjak kesana-kesini saat dihujam-hujamkan
lidah Gilang yang lancip itu masuk-keluar lubang kemaluannya. Sementara
mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan dan tak jarang dibarengi
dengan jeritan-jeritan kecil. Mata Rianti terpejam, dan akhirnya...
"Aaahhh... crot.. crit.. cret..."
Rianti telah memperoleh puncak kepuasannya. Air laharnya muncrat di mulut Gilang.
Lalu...
"Rianti sayang, sekarang giliranmu berlutut di ubin dan aku duduk di ranjang, terus..."
Kemudian Rianti berlutut di lantai, sedangkan Gilang duduk di hadapannya
di atas kasur, sehingga selangkangannya tepat berada di depan
kepalanya.
"Ayo dong, sayang, dimulai...!"
Rianti meraih batang kemaluan Gilang, lalu perlahan-lahan Rianti
langsung mengelus-elus batang kemaluan Gilang serta menciumi dengan
lihai. Gilang jadi tambah tidak sabar, langsung saja dia jejalkan batang
kemaluannya kemulut Rianti.
Ternyata Rianti menyambutnya dan dengan canggih sekali Rianti mulai
memainkan batang kemaluan itu di mulutnya. Gilang benar-benar mengakui
kalau permainan mulut Rianti memang super hebat. Rianti demikian ahli
mengombinasikan antara hisapan, gigitan serta jilatan.
Gilang merasakan sangat kenikmatan yang luar biasa. Dan Rianti tampaknya
semakin bersemangat ketika Gilang juga merespon dengan menggenjot
batang kemaluannya di mulutnya. Bahkan ketika Gilang mencoba untuk
mencabutnya, Rianti berusaha mencegahnya, sehingga batang kemaluannya
tidak bisa lepas dari mulutnya. Bukan hanya batang kemaluan saja yang
dimainkan. Biji kemaluannya pun kadang-kadang dikulum-kulum sambil
sesekali digigit-gigit. Sambil jari telunjuknya ditusukkan ke anus
Gilang. "Oohhh.. enakk..."
Akh, sangat luar biasa sekali. Sambil menggigit biji batang kemaluan,
batang kemaluan Gilang dielus-elus serta diremas-remas. Dan ketika
Gilang sudah tidak tahan lagi, tampaknya Rianti tahu, dan langsung
batang kemaluan Gilang kembali dimasukkan ke mulutnya dan memperhebat
kuluman serta sedotannya.
Akhirnya Gilang benar-benar tidak tahan, dan bermaksud mencabut dari
mulutnya. Tapi rupanya Rianti tidak rela batang kemaluan itu keluar dari
mulutnya, sehingga "lahar" Gilang keluar di mulutnya. "Ahhh..."
benar-benar Gilang merasakan nikmat ketika "lahar"-nya tertumpah keluar.
Rianti tampak gembira sekali dengan keluarnya "lahar" Gilang. Rianti
sedot semua "lahar" Gilang seakan-akan tidak rela "lahar" kekasihnya itu
tumpah dengan percuma.
Namun karena Gilang mengeluarkan "lahar" cukup banyak sehingga sebagian
keluar menetes di mulutnya. Rianti mengusap "lahar" Gilang yang keluar
dari mulutnya dengan tangannya, kemudian menjilati tangannya yang
belepotan air "lahar" itu. "Ah... Gilang sayang punyamu enak sekali."
Sambil mengecup kepala batang kemaluan yang sudah menyusut itu.
Lalu Rianti mulai segera beraksi lagi, didorongnya Gilang di kasur agar
kembali terlentang. Kemudian Rini ikut naik ke atas ranjang, tubuhnya
yang "uhui" itu menindih tubuh Gilang. Terus Rini menyodorkan susunya
yang besar dan menantang itu dengan indahnya dari atas.
Gilang pun segera mencambut susu itu dengan riangnya. Gilang mulai
menjilati puting susu Rini yang masih tetap tinggi dan mengeras seperti
tadi. Rini mengeram kecil sewaktu Gilang gigit-gigit kecil puting susu
yang menggiurkan itu.
Setelah itu Rini turun lebih ke bawah. Kini Rini menindih perut Gilang.
Rini mulai mengepit kedua belah susu yang montok itu dengan lengannya.
Lalu Rini menjepit batang kemaluan Gilang dengan belahan di antara
susunya itu. Kemudian Rini menggeser-geserkan batang kemaluan Gilang di
lembah tersebut.
Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang kemaluan itu dengan
lereng-lereng dua buah bukit menjulang yang mengapit lembah tersebut
ternyata memang ampuh, batang kemaluan Gilang kini mulai bangkit lagi.
Melihat usahanya mulai menunjukkan hasil, Rini semakin menambah cepat
gerakannya. Dan benar saja. Tak lama kemudian, batang kemaluan Gilang
telah kembali "siap tempur" seperti semula.
Tanpa mau membuang kesempatan emas, Rini langsung mengangkangi
selangkangan Gilang. Setelah mengarahkan batang kemaluan Gilang tepat di
bawah lubang kemaluannya, Rini mulai beraksi. Bertepatan dengan
anjloknya tubuhnya ke bawah, batang kemaluan Gilang pun langsung
tertelan seluruhnya dalam liang kemaluannya. Mereka berdua sama-sama
melenguh cukup keras.
Gilang tidak mau berdiam diri saja. Segera diputar-putar batang
kemaluannya di dalam lubang kemaluan Rini. Sementara itu Rini ikut
mengimbangi dengan menaik-turunkan sembari memutar-mutar pantatnya yang
semok itu.
Mereka berdua semakin lama semakin mempercepat tempo gerakannya. Tangan
Gilang pun ikut ambil bagian, meremas-remas susu Rini dengan gemasnya.
Gilang menjepit kedua puting susunya yang mengeras, sehingga tak ayal
lagi, kedua puting susu itu melejit dengan indahnya di antara jepitan
jari-jari Gilang.
Seiring dengan gerakan persetubuhan mereka yang makin menggila, nafsu
birahi mereka berdua pun semakin menjadi-jadi. Dan dengan nafsu yang
semakin membulak-bulak ini, mereka pun juga makin memperganas
persetubuhan mereka. Tak terasa secara keseluruhan sudah hampir satu jam
lamanya Gilang dan Rini memulai permainan cinta mereka.
Beberapa menit kemudian, bersamaan dengan mendekatnya waktu satu jam
itu, Gilang dan Rini mengalami orgasme berbarengan. Batang kemaluan
Gilang memuntahkan air "lahar" masuk ke dalam lubang kemaluan kekasihnya
itu semuanya. Sebagian malah ada yang berlelehan keluar akibat tidak
mampunya lubang kemaluannya menampung cairan kenikmatan Gilang itu yang
kali ini jauh lebih banyak daripada orgasme yang pertama tadi.
Akhirnya dengan tubuh bermandikan keringat yang mengalir deras, Gilang
dan Rini jatuh tertidur berdampingan di ranjang yang nyaman itu. Batang
kemaluan Gilang masih menancap di dalam lubang kemaluan kekasihnya itu,
sedangkan tangan Gilang masih menungkupi salah satu susunya yang ranum.
Singkat cerita, pada keesokan hari Gilang menelepon tantenya di Surabaya
untuk memberitahu kalau mereka berdua setuju saja bila tantenya ingin
mengadakan pesta tapi dengan syarat Rini ikut dalam pesta itu. Tantenya
tidak keberatan bahkan malah senang Rini ikut.
Hari Minggu, seperti yang dijanjikan telah tiba. Rumah Gilang telah sepi
tinggal mereka berdua karena seluruh pembantunya telah pergi ke Malang
kota untuk membersihkan rumah Gilang yang ada di situ. Gilang dan Rini
sedang santai menonton TV di ruang keluarga.
Lima menit kemudian terdengar bel pintu di depan berbunyi. Gilang
menduga pasti ini rombongan tante dengan teman-temannya. Dia melangkah
keluar dan memang benar rombongan tantenya telah datang.
Tante Riska naik mobil Kijang dengan teman-temannya. Mereka semuanya
sekitar 7 orang turun dari mobil itu. Tante Riska turun dari mobil,
kakinya yang seksi dan putih itu terlihat aduhai. Sementara 6 temannya
yang lain juga sama mereka semua memiliki kaki yang seksi turun dari
mobil.
Lalu,
"Gilang sayang, Tante datang, ehmmm... ahhh.. kamu tambah cakep aja dan
oh... itu anu kamu tambah besar aja," ucap tantenya sambil diciumnya
pipi Gilang dengan tangannya memegang selangkangan Gilang.
"Tante, jangan ah.. ada Rini tuuh... Oh ya kenalkan ini Rini, Tante?"
"Saya Rini Tante, selamat datang di rumah kami," ucap Rini sambil menjabat tangan Tante.
"Oh... ini yang namanya Rini.. wuih boleh juga Gilang, kamu pintar pilih
pacar. Ehh.. Rini gimana keponakan Tante OK tidak 'anu'-nya, ayo jangan
malu-malu, jujur aja sama Tante...?"
"Ahh.. Tante ada-ada saja, Rini jadi malu..." ucapnya agak kaget sedikit.
"Alaaa... gitu aja pakai malu segala, terbuka aja udah... toh nanti kita semua khan main buka-bukaan..." ucapnya lagi.
"Udahlah.. soal itu jangan dibahas, Rini jadi salah tingkah tuu.. Tante ini gimana sih," bela Gilang.
"Gilang, ini semua teman-teman Tante, cantik-cantik bukan? Oh ya, mereka
semua belum punya anak lho.. jadi kamu jangan kuatir pasti mem*k mereka
ditanggung sempit dan 'endanng'. Oh.. ya teman-teman, ini lho
keponakanku yang pernah aku ceritakan kemarin. Pokoknya ditanggung 'OK'
dech, ayo kenalan dong... dan itu pacar Gilang, Rini namanya, OK juga
khan..?""Oh.. ini yang namanya Gilang. Wuih 'JOZZ' sekali, udah tinggi,
gagah, ganteng lagi dan itu ohh.. benar-benar 'wuih', meskipun hanya
kelihatan menyembul dari balik celana. Gilang! saya Sari umur 30 tahun,
susuku 36C dan 'terowongan'-ku masih OK lho Lang..." ucapnya sambil
mengecup bibir Gilang.
"Gilang! saya Ratih umur 30 tahun, susuku kamu bisa lihat sendiri...
bagaimana OK kan dan mem*kku juga masih rapet dan legit lho Lang..."
ucapnya sambil mengecup bibirnya.
"Gilang! saya Tika umur 31 tahun, susuku juga gede dan putingnya panjang
lho, dan mem*kku masih OK lho Lang..." ucapnya sambil mengecup bibirnya
juga.
"Gilang! saya Irene umur 30 tahun, susuku gede juga lho dan
'terowongan'-ku juga masih OK lho Lang..." ucapnya sambil mengecup
bibirnya juga.
"Gilang! saya Nita umur 30 tahun, susuku 36C dan mem*kku juga masih OK lho Lang..." ucapnya sambil mengecup bibirnya.
"Gilang! saya Dini umur 32 tahun, susuku juga 36C dan mem*kku juga masih OK lho Lang..." ucapnya sambil mengecup bibir Gilang.
Gilang mempersilakan semua tamunya untuk masuk rumah. Setelah semuanya
masuk, betapa kagetnya Gilang dan Rini semua tante-tante itu langsung
membuka seluruh pakaian mereka satu-persatu hingga polos. Cewek-cewek
itu semuanya tidak mempunyai bulu kemaluan di kemaluannya jadi kelihatan
"garis" kemaluannya yang memang kelihatan masih "OK". Setelah itu
mereka semua menuju ke kolam renang. Tante Riska juga sudah dalam
keadaan bugil. Terus,
"Gilang ayo cepat buka bajumu dan Rini juga ayo sini Tante bantu lepasin bajumu..!" katanya sambil membantu membuka baju Rini.
Seketika itu juga Rini ikut telanjang juga.
"Wow... susumu jauh lebih besar dari kita semua dan mem*kmu yang indah
itu wuih.. Gilang memang hebat. Ayo Rini kita ke kolam renang..."
katanya sambil mengajak lari Rini menuju ke kolam renang.
Sementara itu Gilang memandangi tubuh Tante dan Rini pacarnya yang
telanjang berlari menuju kolam. Setelah itu dia buka baju dan celananya,
terus dia menuju ke kamar sebentar untuk mengambil "Obat Perkasa" dari
negeri China yang konon ceritanya, dipakai oleh kaisar China sebelum
bersetubuh dengan selirnya yang berjumlah puluhan orang.
Dioleskannya obat itu pada batang kemaluannya, 1 menit kemudian batang
kemaluan itu membesar, membesar dan membesar. Jadi kini batang kemaluan
Gilang yang tadinya tidur sekarang bangun dan keras sekali persis "tiang
listrik".
Setelah itu, Gilang turun dan langsung berjalan dengan santai menuju
kolam, batang kemaluannya tetap mengacung ke depan dengan telur
kembarnya saling goyang sana, goyang sini. Dia melihat cewek-cewek itu
sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. Dia mencari dimana Rini
berada. Oh... di situ rupanya. Rini sedang asyik menjilati kemaluan
tantenya dengan keadaan menungging, sementara dari belakang Tante Sari
menjilati kemaluan Rini. Mereka menjerit dan menjerit keenakan.
Sementara itu Tante Riska asyik menjilati kemaluan Tante Ratih yang
berada di atas mulutnya. Tante Ratih merintih, "Ohhh..." Mereka semua
tidak tahu akan kedatangan Gilang.
"Hai... cewek! Siapa yang mau batang kemaluan? ayo ke sini...!" teriak
Gilang sambil memegangi batang kemaluannya yang berdiri dengan kokoh.
Lalu semua mata tertuju ke batang kemaluan Gilang yang memang luar
biasa. Terus mereka menghentikan kegiatan mereka, lalu berlarian ke arah
Gilang.
Rupanya mereka ingin merasakan batang kemaluan itu. Kekasihnya sendiri
pun si Rini sampai tidak percaya bagaimana batang kemaluan Gilang
"Yayang"-nya bisa 2 kali lipat besarnya dari biasanya, padahal dengan
ukuran biasa saja Rini dibikin "KO", apalagi sekarang. Lalu dia berjalan
menghampiri Gilang yang sedang dikeroyok oleh banyak cewek itu.
"OK.. OK.. semuanya nanti akan dapat, ayo sekarang Tante-Tante berbaris sejajar dengan posisi nungging, OK..." teriaknya.
"Gilang sayang! kamu makai obat ya... kont*lmu jadi besar 2 kali lipat
dari biasanya," bisik Rini.
"Rini sayang, kamu ikut baris ya.. nanti kamu dapat giliran pertama.
Eee.. Rini sayang, kamu harus tahan ya sakitnya.. OK!" bisik Gilang
sambil dikecupnya bibir pacarnya itu.
Jadi begitulah mereka semua baris sejajar dengan posisi nungging dengan
yang paling ujung Rini disusul Tante Riska dan seterusnya. Dengan
perlahan Gilang menghampiri Rini
"Maaf Tante-Tante, Gilang mulai dari pacar Gilang sendiri.. OK..." ucapnya.
"Huuu.. huu... KKN... nich yeee..." teriak mereka semua.
Tapi tak digubris oleh Gilang. Pada saat Gilang mulai beraksi Rini tidak
menolah, lalu tiba-tiba dia merasakan batang kemaluan Gilang
dipukul-pukulkan pada pantatnya yang membuat dia kegelian. Lalu,
diserudukkan batang kemaluannya ke liang kemaluannya tapi sulit sekali,
dia coba lagi dan gagal.
"Aaaah... seret sekali ya kayak perawan," kata Gilang. Rini menjerit,
"Auwww..." terus Rini berbalik membantu Gilang dengan mengelomohi batang
kemaluannya dengan air ludahnya tapi masih juga tidak berhasil menembus
liang kemaluannya. Rini melihat Gilang berusaha lagi, dan perlahan
masuk pada lubang kemaluan Rini yang kecil, Rini merasakan agak sedikit
pedih.
"Gilang sayang, udah ah... batang kemaluan kamu tidak bisa masuk lho, terlalu besar sih," pinta Rini.
"Sebentar sayang, tahan dulu ya... ini udah masuk kepalanya, tahan ya
sayang..." jawabnya sambil didesaknya lubang kemaluan Rini dengan batang
kemaluannya itu dan...
"Sreeet... sret... sreettt...""Aauuww..."
Rini menjerit merasakan batang kemaluan Gilang terasa tembus di
kerongkongannya, digerak-gerakkan pantatnya Rini kegelian. Meskipun
hanya setengah yang masuk tapi akhirnya banjir juga liang kemaluannya
dan dia merasakan kenikmatan saat batang kemaluan Gilang maju mundur di
lubang kemaluannya.
Sesekali pantat Rini ditepuknya untuk menambah semangatnya menggenjot
batang kemaluannya, susu Rini dibiarkan bergelantungan bergerak bebas
sementara tangan Gilang sibuk memegang pinggul Rini memaju-mundurkan
pantatnya.
Saat batang kemaluan masuk badan, Rini terasa tertusuk geli tak karuan.
Sesekali juga Gilang menciumi punggung Rini yang ditumbuhi bulu-bulu
halus, sambil batang kemaluannya terus bergerak keluar masuk di lubang
kemaluannya. Rini juga berusaha dengan menggerakkan pantatnya kiri-kanan
dan batang kemaluan Gilang yang cuma setengah masuk itu seakan terjepit
kuat.
Gilang semakin cepat memaju-mundurkan batang kemaluannya, dan...
"Ohhh.. ooohh... Rini.. udah mau keluar nih... ohh... Lang... sshh... aaahh..."
Goyangannya sekarang sudah tidak beraturan.
"Ohh.. Sonnn.. kau sungguh perkasa... aahhh..."
Gilang mempercepat goyangan.
"Aahhh... Rini.. keluar sayang... ooohhh..."
Rini menggelinjang dengan hebat, Gilang merasakan cairan hangat keluar membasahi pahanya.
Gilang hanya butuh 10 menit untuk meng-"KO" Rini, padahal biasanya sampai berjam-jam.
Kemudian giliran Tante Riska. Tampak oleh Gilang kemaluan tantenya
dengan bibir kenyal yang sudah agak menggelambir itu demikian basah dan
mulai membengkak. Lalu Gilang mendorong sedikit tubuh tantenya ke depan
sehingga pantatnya agak naik ke atas, yang lebih memudahkan batang
kemaluannya untuk melakukan tusukan ke dalam lubang kemaluannya. Setelah
itu langsung disodoknya batang kemaluannya ke lubang kemaluan yang
menganga itu.
Tubuh Tante Nadya terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan akibat
kerasnya sodokan Gilang, sementara mulutnya menjerit kecil. Dalam
sekejap, batang kemaluan Gilang yang besar itu masuk seluruhnya ditelan
oleh lubang kemaluan itu yang langsung menjepitnya. Jepitan lubang
kemaluan tantenya yang berdenyut-denyut menambah gairah birahinya yang
memang sudah menggelora.
"Ahhh... Lang... kamu lebih perkasa dari dulu... ohhh.. yaa..
teruskan... ohh..." rintihnya.
Dengan cepat, Gilang menarik batang kemaluannya sampai hampir keluar
dari dalam kemaluan tantenya. Lalu ditusukkannya kembali dengan cepat.
Kemudian ditarik dan disodokkan lagi, seterusnya berulang-ulang tanpa
henti. Dorongan yang keras ditambah dengan sensasi kenikmatan yang luar
biasa membuat tantenya itu beberapa kali nyaris terjerembab.
Rini yang tadi terkapar-pun tidak mau ketinggalan beraksi. Gilang
melihatnya duduk mengangkang di hadapan tantenya, memamerkan lubang
kemaluannya yang telah kembali basah. Tante Nadya langsung saja
menyambar lubang kemaluan yang mulai berdenyut-denyut keras itu.
"Iiihh.. Tante... aaahhh..." Rini menjerit sekeras-kerasnya.
Tante Nadya mencucukkan lidahnya masuk ke dalam lubang kemaluan Rini
yang bertambah banjir saja. Semakin lama semakin dalam merambah seluruh
dinding lorong kenikmatan yang begitu licin. Setiap sentuhan lidahnya
pada permukaan dinding yang basah dan mengkilap itu ibarat tegangan
listrik jutaan volt yang menyetrum Rini.
Seketika itu juga, tubuh Rini mengejang ke belakang. Susu montok yang
menggantung kencang di dadanya kelihatan semakin membusung. Tangan
Gilang yang menggapai-gapai untuk memegang kedua bukit kembar yang
menggairahkan itu tidak berhasil mencapainya. Jaraknya terlalu jauh,
sementara Gilang masih dengan kegiatan menyetubuhi Tante Nadya.
Dengan sedikit mengejang Gilang menggenjot batang kemaluannya kembali ke
dalam lubang kemaluan tantenya sekuat-kuatnya. Tantenya pun makin
memperganas "serangan" lidah dan mulutnya pada kemaluan Rini,
kekasihnya.
Akhirnya, dalam waktu lima menit, perjuangan Gilang membuahkan hasil.
Tantenya melenguh panjang itu tandanya bahwa ia sudah mencapai
klimaksnya. Bersamaan itu juga Rini juga telah mencapai klimaksnya, lalu
dia kembali terkapar. Cairan tantenya yang agak bening dari Rini itu
muncrat ke pahanya.
Wuihh.. benar-benar hebat Gilang, sudah 2 orang korbannya yang terkapar.
Sekarang giliran Tante Sari yang sudah nungging, dan tampak jelas
sekali lubang kemaluannya, juga lubang anusnya, Gilang tidak langsung
memasukkan batang kemaluannya yang dari tadi masih berdiri tegak itu,
tapi mempermainkan lidahnya di sekitar kemaluan dan kedua pantatnya,
samar-samar terdengar desahan suara Tante Sari, segera batang
kemaluannya ditempelkan di permukaan lubang kemaluannya.
Terdengar desahan Tante Sari, dan Gilang mulai menggerakkan batang
kemaluannya maju mundur, nikmat sekali meskipun tidak bisa masuk semua
karena batang kemaluan Gilang terlalu panjang dan Tante Sari tampak
menikmati dengan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Kurang
lebih 10 menit Tante Sari menjerit dan... "Crot.. crit.. cret..." lendir
hangat kembali membasahi batang kemaluan Gilang.
Lalu pelan-pelan Gilang kembali menggerakkan batang kemaluannya maju
mundur, Gilang iseng melihat lubang dubur Tante Sari yang agak mencuat
keluar, lalu dicobanya memasukkan jari telunjuknya ke dalam duburnya
yang basah itu, terdengar sedikit rintihan, "Ssstt... ah Son pelan-pelan
dong!" rintihan yang membuat Gilang semakin nafsu.
Tiba tiba Gilang ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya
yang kelihatannya masih "perawan" itu. Ditariknya pelan batang
kemaluannya yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang
kemaluan Tante Sari.
Ditempelkannya kepala batang kemaluannya yang mengeras di permukaan
duburnya, dipegangnya batang kemaluannya sehingga kepalanya mengeras,
lalu Gilang mencoba menekan batang kemaluannya, karena licin oleh cairan
tadi maka kepala kemaluanku segera melesak ke dalam, dia pun mengeluh,
"Akhhh.. aduh Sonnn.. sstt ohh.." Gilang berhenti sesaat, dan dia
bertanya, "Kok dimasukin di situ Son... sakit?"
Lalu ditariknya batang kemaluannya dari lubang dubur itu. Gilang beralih
ke Tante Ratih dan tampaklah pantat dan kemaluannya terlihat merekah
dan basah. Sebelum Gilang memasukkan batang kemaluannya, dia jilat dulu
kemaluannya dan lubang pantatnya. Cairan dari lubang kemaluannya mulai
membasahi bibir kemaluannya ditambah dengan ludah Gilang.
Diarahkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluannya dan menekan ke
dalam dengan pelan-pelan, sambil merasakan gesekan daging mereka berdua.
Suara becek terdengar dari batang kemaluan dan lubang kemaluan dan
cukup lama Gilang memompanya. Lalu 5 menit kemudian, "Ohhh.. Sonn..
aku... keluuaarr.. ahhh... yeess..." muncratlah cairan membasahi paha
Gilang untuk ke-4 kalinya. "Oh.. Gilang kau sungguh hebat... aduhh...
nikmatnya..."
Sampai saat ini Gilang masih tetap perkasa, lalu dia menghampiri Tante
Tika yang lebih "semok" karena gumpalan pantatnya itu yang begitu
montok.
Langsung diremas-remas pantat Tante Tika itu dengan bersemangat.
"Auuh..." Tante Tika mendesah kecil dibuatnya. Kemudian kaki Tante Tika
direnggangkannya sedikit, sampai terlihat lubang kemaluannya dari bawah.
Lalu Gilang langsung saja menusukkan dua jarinya sekaligus ke dalam
lubang kemaluannya itu.
Semua jarinya itu dapat dengan mudah masuk begitu saja ke dalam kemaluan
itu. Pada usia sekarang, kemaluan Tante Tika memang sudah agak lebar
dibandingkan dulu, tetapi tetap masih cukup sempit dan masih lentur.
Dipermainkannya jari-jarinya itu di dalam lubang kemaluannya.
"Iiih... Gilang... uuhhh..." jerit Tante Tika yang liar.
Apalagi setelah Sony mulai menjilati kemaluannya dengan lidahnya.
"Aaahh... Soonnyyy..." Tante Tiara menjerit panjang.
Sony menyodokkan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluannya. Sementara itu tangannya mulai berpetualang di susunya
Diremas-remas susu yang kenyal itu, terasa pas di tangan. Sony jadi
ingat saat dia sedang main bola volly, bolanya pas di tangannya. Tak
ketinggalan pula puting susunya yang begitu cepat menegang turut menjadi
korban keganasan tangannya.
Sony terus memompa batang kemaluannya masuk-keluar di dalam lubang
kemaluan Tante Tiara dengan cepat. Makin lama makin cepat lagi.
Sampai-sampai bunyi kecipak-kecipak akibat selangkangannya yang
berbenturan cukup keras dengan pantatnya terdengar jelas.
Tiba-tiba dirasakan lubang kemaluannya menjepit batang kemaluan Sony
dengan sangat kuat. Tubuh Tante Tiara mulai menggelinjang, nafasnya
mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Ohhh... ooohh... Tante udah mau keluar nih... sshh... aaahh..."
"Aahhh... '****** tenan...' Tante keluar Sonnn... ooohhh..."
Dia menggelinjang dengan hebat, dirasakan cairan hangat keluar membasahi
paha Sony. Dia langsung terkapar dengan lubang kemaluannya yang
kelihatan masih mengeluarkan cairan terus.
Sony berpindah ke Tante Dini yang sudah dalam menungging pasrah. Dari
belakang Tante Dini merasakan Sony mulai menggila menjilati kemaluannya
yang kelihatan merekah. Sony menjauh dan Tante Dini merasakan desahan
nafasnya membesar.
Tante Dini terkejut lubang kemaluannya digeser-geser oleh batang
kemaluan Sony yang besar itu. Tante Dini mengarahkan pantatnya ke
belakang dan Sony menjauhkan batang kemaluannya dari lubang kemaluannya,
Sony menggoda dan Tante Dini jadi penasaran ingin merasakan batang
kemaluannya lagi.
Tante Dini merasakan batang kemaluan Sony kini mulai mendesak liang
kemaluannya lagi dan terpeleset, dia merasakan Sony kesulitan mengepas
batang kemaluannya di lubang kemaluannya.
Kini ujung batang kemaluan itu telah tepat pada lubang kemaluannya,
perlahan dan pasti gerakan Sony maju sedikit demi sedikit menuju dinding
kemaluannya. Tante Dini menunggu dan merasakan gesekan perlahan itu
menimbulkan sensasi yang hebat pada tubuhnya.
Saat batang kemaluan Sony sudah seluruhnya mengisi liang kemaluannya.
Sony diam sesaat sambil membelai-belai pinggangnya yang bulat. Tante
Dini merasakan semuanya, dicengekeramnya pinggangnya kuat-kuat dan Sony
mulai bergerak maju mundur membelah kemaluannya. Tante Dini mengimbangi
dengan memutar-mutar pantatnya seperti penari perut, Sony mengimbangi
dengan sodokan-sodokan gilanya.
Pinggulnya dipakainya sebagai setir, jika ingin gerakan lambat,
ditariknya pinggulnya kuat-kuat sehingga Tante Dini tidak bisa bergerak,
demikian pula sebaliknya. Tante Dini merasakan telur batang kemaluan
Sony menghantam pantatnya sebelah bawah saat batang kemaluannya masuk
total pada kemaluannya. Pantat Tante Dini terus bergerak dan batang
kemaluan Sony tidak tinggal diam, semua tenaga telah dikerahkan oleh
Tante Dini untuk memperolah kepuasan maksimum, tapi 5 menit kemudian...
"Ahhh... Sonn..."
"Crot.. cret..."
Muntahlah cairan Sony membasahi batang kemaluannya dan paha Sony.
Sony masih perkasa, terus dia menghampiri Tante Irene yang menunggingkan
pantatnya dan minta ditusuk, Sony mulai mengarahkan batang kemaluannya
ke lubang kemaluan Tante Irene yang tampak menganga berwarna merah
jambu. Sony terus memegang pinggul Tante Irene dan mengayun pinggulnya
dengan irama yang teratur.
Sesekali Sony pindahkan tangannya untuk meremas susu yang montok.
Beberapa lama kemudian nafas Tante Irene mulai memburu dan makin menderu
seirama dengan makin kerasnya hentakan dari Sony. Kemudian Tante Irene
mulai mengerang,
"Oohhh... aku.. ohhh... keluarrr... ahhh..."
"Crot.. crit... cret..."
Sony langsung menuju ke korban terakhir, Tante Nita yang juga sedang
menungging. Lubang kemaluannya yang berwarna merah muda agak merekah.
Sony pelan-pelan menusukkan batang kemaluannya, masuk sepertiga. Tangan
kiri Sony sambil meremas-remas susunya yang mulai mengeras itu.
Tante Nita menekankan badannya ke belakang sehingga batang kemaluan Sony
amblas masuk ke dalam lubang kemaluannya. Sony mulai melakukan aksi
tarik dorong. Nafasnya mulai tak teratur dan cengkeraman tangannya di
tangan Sony semakin kuat.
"Hhh... Son aku mau keluar ahhs..."
Muncratlah semua cairan Tante Nita.
Demikianlah kisahku tentang pesta seks yang berlangsung beberapa hari tsb... Sungguh menyenangkan.
Ceita Seks Terbaru Silahkan
Buka Link Ini
________________________________________________________________________
cerita dewasa, kumpulan cerita sex, blowjob, handjob, cerita sex
dewasa, cerita seks dewasa, tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita
seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,
cerita sex, cerita kenikmatan,cerita bokep, cerita ngentot,cerita hot,
bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi, cerita
seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita
bokep